Integrated Discipleship
Pendahuluan
Apakah murid itu? Dalam alkitab dikatakan Murid adalah seorang pengikut (Mark 2:14, Mark 6:1). Murid adalah seorang yang mau belajar (Mat 11:29, Luk 6:40). Dapat disimpulkan bahwa "murid" adalah orang kristen yang memutuskan untuk mau mengikut Yesus, mau belajar dari Dia dan mau hidup sesuai dengan kehendakNya.
Murid sejati adalah orang yang senantiasa mau bertumbuh dalam kebenaran dan keberanian. Seperti seorang serdadu yang berlatih untuk berperang, seorang dokter yang berlatih untuk penyembuhan; sedangkan seorang murid sejati berlatih untuk mewujudkan gambar Tuhan, menghadirkan kerajaan Allah serta memberitahukan keberadaan-Nya di sorga melalui misi integral yang kita miliki.
Misi integral adalah sebuah konsep yang mencoba menerjemahkan bahwa kita dipanggil untuk hidup terintegrasi antara apa yang diakui dan apa yang dilakukan untuk menyatakan kerajaan Allah ditengah-tengah keterpurukan bangsa ini. Dalam hal ini menjadi seorang murid sejati harus mampu menegakkan kebenaran dan keadilan lewat sikap yang berani dan kerelaan untuk berkorban melawan setiap tindak kejahatan dan kecurangan dalam dibidang sosial, ekonomi, dan politik.
Mengapa Allah menganggap penting seorang murid sejati? Hal ini disebabkan, karena Allah menginginkan sampai akhir (kehidupan kita) pun tetap setia padaNya. Memang saat ini, kita memang membutuhkan banyak orang yang bertitel, jumlah jemaat yang banyak, ada orang dari pejabat pemerintahan, orang yang berduit. Terlepas dari semuanya itu, kita sebagai anak-anak Tuhan harus punya tujuan untuk mencapai level yang lebih tinggi yaitu menjadi “murid sejati”.
Dalam alkitab dijelaskan bahwa seorang yang lahir baru akan menjadi murid Tuhan. Dalam hal ini bukan berarti orang tersebut adalah murid sejati, sama halnya seperti kedua murid Yesus yaitu Petrus dan Yudas yang merupakan murid pilihan Yesus dimana Yudas sendiri bukanlah murid Yesus yang setia kepadaNya di bandingkan dengan petrus yang senantiasa setia menyerahkan hidupnya sampai akhir hayatnya.
Dalam hidup-Nya Yesus mengalami kegagalan dengan orang banyak karena Dia mengecewakan pengharapan mereka yang duniawi. Sebaliknya, Ia telah berhasil membentuk keduabelas rasul. Mereka inilah yang kemudian menjadi dasar Gereja-Nya. Mereka itu merupakan pelipatgandaan diri-Nya sendiri. Para murid merupakan kelompok pengikut yang setia, karena mereka mencintai Yesus, biarpun sebagai manusia mereka itu tetap manusia yang lemah.
Hubungan Guru-murid pada zaman Yesus, lain sekali dengan pengertian sekarang ini. Antara mereka ada hubungan pribadi yang amat mendalam. Hubungan ini bahkan lebih penting daripada hubungan antara ayah dan anak. Seorang ayah adalah pemberi hidup kodrati kepada anaknya, namun seorang guru memberikan rahasia hidup yang baik, yang berkenan kepada Allah. Karenanya pengajar hidup yang baik ini lebih penting daripada pemberi hidup kodrati saja.
Yang diajarkan guru-guru Yahudi adalah rahasia hidup yang baik, bagaimana caranya hidup dengan baik. Tetapi yang diberikan Yesus, Sang Guru Sejati, ialah hidup yang baik itu sendiri, yang bukan lain adalah hidup-Nya sendiri. Bila Yesus bersabda, "Marilah, ikutilah Aku," itu berarti: "Marilah, hayatilah hidup ini bersama dengan Aku."
Bukti kita sebagai pengikut Tuhan yang sejati ada tercantum dalam Alkitab yakni dalam Yohanes 8:31-32 dikatakan bukti kita sebagai murid Tuhan Yesus yaitu tinggal dalam Firman Tuhan; Yohanes 12:34-35 dikatakan bukti kita sebagai murid Tuhan Yesus adalah dengan saling mengasihi. Tuhan Yesus memberi bukti Dia tidak hanya menerima orang-orang yang baik saja, tapi justru tujuan Dia datang ke bumi adalah untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang yang berpaling dariNya (berdosa).
Jika kita perhatikan mengapa ada banyak murid yang gagal (dalam hal ini mereka tidak sampai menjadi murid sejati)? Banyak faktor yang membuat orang gagal seperti faktor dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, ekonomi dan lain sebagainya. Tetapi Tuhan Yesus yang luar biasa selalu memberikan jalan keluarnya :
· I Yohanes 2:6; seorang murid berlatih untuk menjadi sama dengan gurunya. Guru kita adalah Yesus Kristus. Jadi, kita harus hidup sama seperti dengan kehidupan Yesus, atau menjadi seperti apa yang Yesus jalani ini berbicara tentang gaya hidup Yesus).
Apa itu gaya hidup Yesus? Yohanes 5:19; menjelaskan gaya hidup Yesus adalah melakukan apa yang Bapa kerjakan. Ini gaya hidup intimacy atau hidup bergaul dengan Bapa, yaitu dengan menyediakan waktu lebih dengan Tuhan.
· Yakobus 1:12-15; jika kita mau berbahagia, alamilah pencobaan. Sebab berbahagialah orang-orang yang bertahan dalam pencobaan, dia akan menang, bahkan dia akan lebih dari pemenang.
Kita akan intim dengan Tuhan bukankah saat kita sedang mengalami pencobaan? Oleh karenanya, tanamkan ini, dibalik masalah ini pasti ada berkat, ada tuntunan tangan Tuhan, ada janji-janji Tuhan, juga ada jalan keluar.
Namun kita jangan hanya bergaul dengan Tuhan pada saat masalah datang menghimpit. Ini merupakan suatu kesalahan yang besar. Saat kesembuhan terjadi, ada pemulihan, pertolongan Tuhan, promosi; kita tidak boleh melupakan Tuhan. Kita harus terus melatih diri untuk memberikan waktu kebersamaan kita dengan Allah; menyadari keberadaan Tuhan, menyembah dan berbicara dengan Dia. Dengan latihan dan ketekunan hingga menjadi kebiasaan, saat dimana Tuhan menguasai kita (Galatia 2:20). Karena saat kita bergaul karib dengan Dia (intim), kita tidak hanya menerima berkat, tapi kita juga akan dijadikan berkat bagi sesama (Yehezkiel 34:26).
Syarat-Syarat Bagi Seorang Murid Yang Sejati
Kekristenan yang sejati adalah suatu penyerahan diri seluruhnya dan sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Juruselamat kita tidak mencari orang yang hanya mau memberikan waktu luangnya pada malam hari atau waktu liburannya atau masa pensiunnya kepada-Nya. Sebaliknya, Ia mencari mereka yang mau menempatkan Dia pada tempat yang terutama di dalam kehidupan mereka. Sekarang ini Ia senantiasa mencari serombongan orang-orang yang tidak hanyut tanpa tujuan pada jalan-Nya. Ia mencari pribadi-pribadi, baik pria maupun wanita, yang bersedia mengikuti jalan-Nya.
Balasan yang setimpal dengan pengorbanan-Nya di Kalvari hanyalah penyerahan diri yang tanpa syarat. Kasih yang sangat mulia dan ilahi tak akan terbalas, terkecuali dengan penyerahan jiwa dan kehidupan; seluruh tubuh, jiwa, dan roh kita.
Tuhan Yesus menuntut hal-hal yang keras dan mengikat bagi mereka yang mau menjadi murid-Nya, hal-hal yang sekarang diabaikan oleh karena kehidupan duniawi. Sering orang menganggap bahwa kekristenan itu hanyalah sebagai suatu kelepasan dari neraka dan garansi untuk masuk surga saja. Selain itu, kita merasa memunyai hak untuk menikmati yang terbaik yang dapat diberikan dunia kepada kita. Kita mengetahui bahwa ada ayat-ayat tegas perihal menjadi murid di dalam Alkitab, tetapi sukar untuk menerapkannya ke dalam pikiran kita mengenai apakah kekristenan itu seyogianya.
Kita mengetahui fakta bahwa prajurit mengorbankan diri mereka karena alasan kepahlawanan. Juga tidak aneh, bahwa orang-orang komunis mengorbankan diri mereka karena alasan-alasan politik. Tetapi kita sukar mengerti "darah, keringat, dan air mata" yang mencerminkan kehidupan seorang pengikut Kristus.
Namun, perkataan Tuhan Yesus cukup jelas. Tidak ada sedikit pun kelonggaran untuk salah pengertian jikalau kita menerima sebagaimana maknanya. Di bawah ini adalah syarat-syarat menjadi murid yang ditetapkan oleh Juru Selamat dunia.
1. Kasih yang sebulat-bulatnya kepada Yesus Kristus. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:26)
Hal ini tidak berarti kita harus membenci dan berseteru dengan keluarga kita, tetapi ini berarti bahwa kasih kita kepada Kristus harus lebih agung dan mulia. Sebenarnya yang paling sulit di dalam tuntutan ini adalah "bahkan nyawanya sendiri". Cinta diri sendiri adalah rintangan yang paling besar dalam menjadi murid. Nanti sesudah kita menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada-Nya, barulah kita berada di tempat yang dikehendaki-Nya bagi kita.
2. Menyangkali diri sendiri. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Menyangkali dirinya (denial of self) tidak sama dengan penyangkalan diri (self-denial). Yang terakhir itu berarti memantangi beberapa macam makanan tertentu dan kesukaan atau harta milik. Menyangkali dirinya berarti menaklukkan diri kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga kita tidak memunyai hak dan kuasa lagi atas diri sendiri. Hal itu berarti diri kita turun dari takhtanya. Intinya ditekankan dalam perkataan Henry Martyn, yaitu: "Tuhan, biarlah saya tidak memunyai kehendak apa-apa lagi dari diri saya sendiri, atau menganggap kesejahteraan sesungguhnya itu berasal dari lahiriah saja, tetapi supaya semuanya hanyalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Mu."
Namun, perkataan Tuhan Yesus cukup jelas. Tidak ada sedikit pun kelonggaran untuk salah pengertian jikalau kita menerima sebagaimana maknanya. Di bawah ini adalah syarat-syarat menjadi murid yang ditetapkan oleh Juruselamat dunia.
1. Memikul salib. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Salib bukanlah suatu kelemahan jasmaniah atau penderitaan mental. Salib adalah suatu jalan sempit yang dipilih oleh seseorang menurut kehendak hatinya sendiri. Itu merupakan "suatu jalan di dalam dunia ini yang di mata dunia adalah memalukan dan dicela" (C.A. Coates). Salib melambangkan malu, penganiayaan, dan pencercaan yang dilemparkan oleh dunia ini ke atas Anak Allah, dan yang akan dilemparkannya juga kepada semua orang yang berani melawan arus dunia ini.
2. Penyerahan hidup sepenuhnya. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24)
Untuk memahami arti firman Tuhan ini, maka kita perlu bertanya pada diri kita sendiri: "Apakah sifat kehidupan Tuhan Yesus itu?" Itu adalah suatu kehidupan menaati kehendak Allah. Itu suatu kehidupan yang dikuasai oleh Roh Kudus. Itu adalah suatu kehidupan yang penuh kesabaran dan penderitaan, sekalipun harus menghadapi perlakuan yang tidak pantas dari orang lain. Itu adalah suatu kehidupan penuh sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Untuk menjadi murid-murid-Nya, maka kita juga harus berjalan menurut teladan-Nya. Kita harus memperlihatkan buah yang sama dengan yang ditunjukkan oleh Kristus (Yohanes 15:8).
3. Kasih kepada sesama. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35)
Ini adalah kasih yang menghormati orang lain lebih baik daripada dirinya sendiri. Itu adalah kasih yang menutupi kesalahan-kesalahan orang lain. Itu adalah kasih yang sabar dan murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13:4-7). Tanpa kasih ini, maka kemuridan itu akan menjadi ilmu kebatinan yang dingin dan tidak menyalahi hukum (legalistik) saja.
4. Berpegang teguh kepada perkataan Tuhan. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku." (Yohanes 8:31)
Untuk menjadi murid yang sesungguhnya, kita harus memiliki keteguhan hati. "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah" (Lukas 9:62). Kristus menghendaki supaya mereka yang mau mengikut Dia harus berada dalam ketaatan.
5. Meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia. "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:33)
Ini adalah syarat yang paling tidak populer daripada syarat-syarat Kristen dalam hal menjadi murid, dan ternyata ini adalah ayat yang paling tidak disukai di dalam Alkitab. Para sarjana teologi dapat memberikan seribu macam alasan. Tetapi murid-murid menerima perkataan Tuhan Yesus.
Apakah artinya meninggalkan segala sesuatu yang dipunyainya? Itu berarti meninggalkan semua kepunyaan kebendaan yang tidak mutlak perlu, dan mempergunakannya dalam penyebaran Injil. Orang yang meninggalkan semuanya tidak menjadi gelandangan, sebab ia harus bekerja keras untuk keperluannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri. Tetapi karena menjadi murid itu adalah mendahulukan kepentingan Kristus, maka ia mempergunakan segala sesuatu yang melebihi keperluan utamanya untuk pekerjaan Tuhan, dan berharap kepada Tuhan untuk masanya yang akan datang. Di dalam mencari terlebih dahulu kerajaan Allah serta kebenaran-Nya, maka ia percaya bahwa ia tidak akan kekurangan makanan dan pakaian. Ia tidak dapat terus-menerus menambahkan persediaannya bilamana jiwa-jiwa lain sedang dalam keadaan tersesat tanpa Injil. Ia tidak akan membuang waktunya dan kehidupannya untuk mencari kekayaan pribadi. Ia mau menaati firman Tuhan mengenai jangan menyimpan kekayaan di dunia. Inilah tujuh syarat perihal menjadi murid Kristus itu.
Identitas Murid Sejati
Dari mana orang dunia tahu siapa yang sesungguhnya menjadi murid Tuhan? Tentu dari cara hidup orang yang meneladani Kristus. Ajaran Tuhan Yesus di pasal-pasal yang sangat terkenal ini (Mat. 5-7) ditujukan kepada setiap orang yang mengaku murid Kristus. Perikop hari ini mengungkapkan jati diri dan misi Kristen sejati.
Murid Tuhan sejati adalah orang yang tidak bersandar pada kekuatan sendiri (anthroposentris) melainkan pada Allah (Theosentris) sebagai sumbernya. Oleh karena itu ia mengaku diri miskin di hadapan Allah (3), menolak sukacita yang ditawarkan oleh dunia ihni (4), serta lapar dan haus akan kebenaran (6). Ia hanya meneladani sikap Sang Guru yang lemah lembut (5), murah hati (7), serta membawa damai (9). Ia memelihara hati yang suci (8), walaupun untuk itu ia harus siap menerima dengan sukacita ketika dianiaya oleh sebab kebenaran (10-12). Karakter murid Tuhan menyatakan kualitas hidupnya.
Murid sejati memberi dirinya dibentuk oleh Tuhan dan bukan oleh dunia ini. Itu sebabnya, bukan hanya karakternya meniru karakter Kristus, secara aktif dan kreatif seorang murid sejati hadir memancarkan terang Sang Guru di dalam dunia yang gelap (14-16). Kualitas karakternya membuat kualitas terang Ilahi memancar melalui dirinya. Dia menghadirkan pengaruh Ilahi dalam perjumpaannya dengan dunia ini, yaitu menggarami dunia dengan kualitas kehidupan Kristen sejati (13).
Harga Menjadi Seorang Murid Sejati
Yesus meminta suatu harga yang harus dibayar bagi mereka yang ingin menjadi muridNya. Mereka harus memberikan prioritas utama bagi Dia. Dia mengharapkan mereka untuk :
- mengasihi Dia untuk selamanya (Luk 14:26)
- menyangkal diri sendiri (Mat 16:24)
- memikul salibnya (Mat 16:24)
- mengikut Dia (Luk 14:27)
- melepaskan segala sesuatu yang dimiliki dan mengikut Dia (Luk 14:33)
Karena Yesus meminta sedemikian tinggi harga yang harus dibayar untuk menjadi muridNya, Dia menantang setiap orang untuk terlebih dulu menghitung untung ruginya (Luk 14:28-32).
Tidak semua orang mau membayar harga seperti itu beberapa memiliki reservasi dan lebih mengasihi diri sendiri (Luk 9:57-62).
- banyak murid di masa Yesus mengajar, berpikiran bahwa berjalan mengikut Dia sangatlah berat (Yoh 6:60-6).
- orang kaya tidak mau menempatkan Yesus sebagai prioritas utama dalam hidupnya (Mark 10:22).
Penutup
Hidup sebagai murid yang benar bukanlah suatu ekstra bagi beberapa orang Kristen yang bersemangat; tetapi lebih merupakan norma dari komitmen Kristiani yang diinginkan Yesus bagi semua pengikutNya.
Salah satu syarat penting bagi seorang murid sejati adalah murid yang memridkan (pemuridan). Pemuridan sejati diawali dengan pengakuan dan mau menerima kenyataan bahwa Yesus adalah Tuhan dalam seluruh kehidupannya. (Yoh 13:13, Kol 1:16-17)
Murid sejati adalah orang yang merespon pada tuntutan radikal Kristus dengan komitmen yang radikal pula kepada Dia. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa tujuan tertinggi dari kerajaan Allah, tujuan dimana Yesus mau hidup dan mati bagi kita, tidak memperkenankan kedangkalan dan hati yang bimbang menjadi bagian dalam diri pengikutNya.
Sebagai para pengikut sejatiNya, Juruselamat juga menginginkan agar kita mengasihi orang lain sebagaimana Dia mengasihi mereka dengan lebih tanpa syarat, dengan lebih murni, dengan lebih sempurna. Seperti di zaman dahulu, para Rasul dan nabiNya di zaman sekarang terus memberikan teladan dan mengajarkan bahwa kasih seperti Kristus ini adalah inti dari injilNya. Gereja adalah KerajaanNya di bumi. Kita memiliki teladanNya dan teladan mereka akan kasih dan pelayanan.
Akhir kata semoga kita sebagai generasi penerus bangsa dapat menjadi murid Tuhan yang sejati lewat misi integral yang kita miliki untuk menyatakan kerajaan Allah melalui study dan pelayanan di kampus, gereja, dan di lingkungan sekitar kita. Amin
Komentar
Posting Komentar